Search
Close this search box.

Menyucikan Hati: Kunci Sukses Menuntut Ilmu

santri belajar

Oleh:

Muhammad Sajid Abdillah

Mahasantri Angkatan 1 Cinta Quran Center

Kunci Sukses Menuntut Ilmu – Ketika kita memiliki barang berharga, pasti kita akan menyimpannya di tempat yang bersih dan aman. Misalnya, kita memiliki pakaian yang mahal, tentu kita akan menyimpannya di lemari yang bersih serta aman dari hewan-hewan kecil. Kita memiliki pernak-pernik yang indah, pasti akan kita simpan dalam rak yang bebas dari debu. Ketika kita memiliki madu atau susu yang mahal, tentu kita akan menyimpannya dalam wadah yang bersih dan rapat supaya tidak dikerubuti semut. Begitupun dengan ilmu. Ilmu adalah hal yang sangat berharga bagi manusia, yang mampu menerangi kehidupan mereka, dan menunjuki mereka kepada kebenaran.  Oleh karena ilmu itu hal yang amat sangat berharga, maka manusia perlu untuk memiliki hati yang bersih untuk layak menyimpan ilmu di dalamnya.

Imam An-Nawawi ra dalam mukadimah Syarh Al-Muhadzdzab berkata: “Seyogyanya bagi seorang penuntut ilmu mensucikan hatinya dari kotoran-kotoran sehingga ia layak menerima ilmu, menghafal, dan memanfaatkannya.”

Ilmu merupakan ibadah hati. Sebagaimana shalat adalah ibadah anggota tubuh yang nyata dan tidak sah kecuali suci dari hadas dan najis secara lahir, maka demikian juga ilmu yang merupakan ibadah hati tidak akan sah kecuali dengan kesucian hati dari sifat-sifat buruk, kotoran dan noda akhlak-akhlak yang tercela.[1]

Sebagaimana diungkapkan dalam kutipan di atas, kesucian hati adalah prasyarat penting dalam perjalanan pencarian ilmu. Ini karena ilmu bukan hanya pengetahuan tentang fakta-fakta atau konsep-konsep; itu juga mencakup pemahaman tentang bagaimana kita memproses informasi tersebut, serta bagaimana ilmu itu memengaruhi perilaku dan tindakan kita. Ketika hati kita kotor, maka ilmu yang kita terima akan berdampak buruk bagi perilaku dan tindakan kita. Jika hati kita bersih, maka ilmu yang kita terima akan menjaadi berkah dan akan nampak perkembangan yang baik dalam perilaku dan tindakan kita. Sebagaimana tanah yang disiapkan dengan baik, diberi pupuk dan dibersihkan dari hama, maka apa yang ditanam diatasnya akan tumbuh dengan baik. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

“Sesungguhnya di dalam tubuh ada seonggok daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah bahwa seonggok daging tersebut adalah hati.”

(HR. Bukhari Muslim)

Pesan yang bisa diambil dari semua ini adalah bahwa perjalanan untuk menerima ilmu yang berharga dimulai dengan membersihkan hati. Ini adalah tugas yang tak pernah selesai, tetapi setiap langkah menuju kesucian hati membawa kita lebih dekat pada cahaya ilmu yang mengarahkan kita dalam hidup. Oleh karena itu, mari bersama-sama membersihkan hati dari sifat-sifat buruk, dan dengan demikian, kita akan menjadi lebih layak untuk menerima keberkahan ilmu yang tak ternilai ini.

حرام على قلب يدخله النور و فيه شيء ممّا يكره الله عز و جل

“Cahaya tidak akan masuk ke dalam hati sementara di sana tersimpan sesuatu dari apa yang dibenci Allah Azza wa Jalla”[2]


[1] Imam Badrudin Ibnu Jamaah Al-Kinani Asy-Syafii, Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim: Keutamaan Ilmu, Penuntut Ilmu, dan Ulama, serta Adab-Adab Menuntut Ilmu dan Mengajar. Jakarta, Pustaka Darul Haq. hlm. 81.

[2] Sahl bin Abdullah at-Tustari Abu Muhammad, Siyar A’lam an-Nubala. hlm. 13/330.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Update lain

Logo Cinta Quran Center

CintaQuran Center merupakan Pesantren Tahfizh Al-Quran yang terintegrasi dengan Program pendidikan kaderisasi untuk melahirkan Da’i yang siap menggemakan kecintaan Umat terhadap Al-Quran.

© Copyright CintaQuran®Center All Rights Reserved.