Menjadi Lentera dalam Gelapnya Kehidupan
Irfan Abu Naveed, M.Pd.I | Mudir Cinta Quran Center
Adalah baginda Rasulullah ﷺ, disenandungkan Al-Abbas bin Abdul Muthallib r.a. dalam syairnya, bagaikan cahaya bahkan tatkala beliau ﷺ dilahirkan:
وَأَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ الأَرْضُ ٭ وَضَاءَتْ بِنُورِكَ الأُفُقُ
فَنَحْنُ مِنْ ذَلِكَ النُّورِ فِي الضِّيَاءِ ٭ وسُبْلِ الرَّشَادِ نَخْتَرِقُ
“Engkau lah yang tatkala dilahirkan bumi termuliakan * Bersinar dengan cahayamu di ufuk sana.”
“Dari cahaya tersebut kami berada dalam sinar terang benderang * dan menempuh jalan-jalan petunjuknya.”
Bukan tanpa alasan, bahkan kelahiran beliau ﷺ diiringi mimpi ibundanya, Sayyidah Aminah yang melihat cahaya keluar dari kelahiran Nabi ﷺ menerangi Negeri Syam yang ketika itu dikuasai Imperium Romawi Timur (Bizantium):
«دَعْوَةُ أَبِي إِبْرَاهِيمَ وَبُشْرَى عِيسَى، وَرَأَتْ أُمِّي أَنَّهُ يَخْرُجُ مِنْهَا نُورٌ أَضَاءَتْ مِنْهُ قُصُورُ الشَّامِ»
“Aku adalah doa ayahku Ibrahim, kabar gembira Isa kepada kaumnya, dan mimpi ibuku yang melihat cahaya keluar dari dirinya hingga tampak jelas baginya istana-istana di Negeri Syam.” (HR. Ahmad)
Menjelaskan fenomena agung ini, al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali (w. 795 H) dalam Lathâ’if al-Ma’ârif (hlm. 87) menuturkan:
وخروج هذا النور عند وضعه إشارة إلى ما يجيء به من النور الذي اهتدى به أهل الأرض وزال به ظلمة الشرك منها
“Dan keluarnya cahaya ini ketika lahirnya Rasulullah ﷺ, menunjukkan pada apa yang akan datang bersamanya berupa cahaya yang menjadi petunjuk penduduk Bumi, yang dengannya sirna lah kegelapan kesyirikan.”
Risalah yang diemban Rasulullah ﷺ dari Allah Rabb al-’Izzah bagaikan lentera cahaya yang menuntun manusia keluar dari kegelapan jahiliyyah menuju kebenaran Islam yang terang benderang, Allah berfirman:
الرٰ ۗ كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ لِـتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۙ بِاِذْنِ رَبِّهِمْ اِلٰى صِرَاطِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِ ١
“Alif Lam Ra, (Ini) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji.” (QS. Ibrâhîm [14]: 1)
Kata al-zhulumât (kegelapan-kegelapan) adalah kata plural, yang menjadi kiasan (majâzî) dari beragamnya jalan kebatilan, disifati kegelapan karena hakikatnya ia menjauhkan manusia dari petunjuk Islam, dan sudah seharusnya dijauhi karena tidak ada insan yang senang dalam kegelapan. Sebaliknya, Islam adalah nûr (satu cahaya), yakni satu-satunya cahaya yang menuntun insan di atas jalan-Nya.
Bagaimana dengan kita? Teladani lah sang lentera, Rasulullah ﷺ, yang menerangi jalan-jalan manusia dalam gelapnya kehidupan, al-Imam al-Alusi menukilkan:
إِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا مِنْهُمْ فَتَشَبَّهُوْا ٭ إِنَّ التَّشَبَّهَ بِالكِرَامِ فَلاح
“Jika engkau tak seperti mereka maka serupailah * sesungguhnya menyerupai orang-orang mulia itu keberuntungan.”
Menjadi insan dalam golongan mulia yang Allah firmankan, menunjuki manusia dengan kebenaran dan menegakkan keadilan Islam:
وَمِمَّنْ خَلَقْنَا أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ ١٨١
“Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (QS. Al-A’râf [7]: 181) []
Dukung Lahirnya 1 Juta Dai Quran!
Jadilah bagian dari perjuangan dakwah ini dengan menjadi Orang Tua Asuh dalam program Beasiswa Dai Quran (BDQ).
📍 Kunjungi: cintaquran.center/orang-tua-asuh


