BMM CQC Edisi ke-34: Bedah Fenomena Sihir Sigil dan Syiar Tauhid dalam Perspektif Islam
Cinta Quran Center (CQC) kembali menyelenggarakan forum Bahtsul Masail Mu‘ashirah (BMM) edisi ke-34. Forum bulanan yang menjadi wadah diskusi santri ini mengangkat tema yang cukup unik sekaligus menantang: “Perspektif Islam: Syiar Islam vs. Sihir Sigil (Simbol)” dan “Studi Analisis Syiar One Ummah Perspektif Dakwah dan Siasah Syariah.” Topik yang sering dianggap asing ini dipilih karena diyakini penting untuk dibedah, mengingat maraknya fenomena simbol dan sihir dalam budaya populer yang dapat memengaruhi akidah umat.
Acara yang dipandu oleh Rian Firmansyahbani, Mahasantri CQC, dibuka dengan tilawah Al-Qur’an dan sambutan dari Mudir Ma’had CQC, Ustadz Irfan Ramdan Wijaya, M.Pd.I. Dua tim kemudian tampil bergantian memaparkan materi. Tim ikhwan dari angkatan empat, yang beranggotakan Fahri, Syahid, Gani, dan Ibra, mengangkat isu tentang sihir sigil, mulai dari definisi, sejarah, hingga bahaya yang ditimbulkannya. Menurut mereka, praktik ini jelas diharamkan karena termasuk bentuk kesyirikan dan menyerupai perbuatan kaum kafir. Dalil yang mereka gunakan antara lain QS. Al-Baqarah ayat 102 serta hadis-hadis Nabi yang menyinggung soal jimat.
Sementara itu, tim akhwat dari kelompok Syababul Ummah mengulas urgensi syiar Islam dengan menyoroti simbol panji tauhid sebagai lambang persatuan umat. Mereka membandingkan peran panji tauhid dengan simbol-simbol fiksi seperti bendera bajak laut, dan menegaskan bahwa syiar Islam harus diposisikan sebagai penguat ukhuwah islamiyah. Landasan mereka antara lain QS. Al-Baqarah ayat 213, QS. Ali ‘Imran ayat 104, serta hadis tentang bendera Rasulullah ﷺ.
Kedua tim kemudian menerima masukan kritis dari dewan penguji. Ustadz M. Gustar Umam menanggapi paparan tim ikhwan, sementara Ustadzah Sri Rianti memberikan catatan untuk tim akhwat. Keduanya menekankan pentingnya memperkuat referensi dan memperbaiki sistematika makalah agar argumen lebih kokoh. Momen perkenalan pemateri ikhwan dengan julukan khas sempat menghidupkan suasana, begitu juga segmen tilawah Al-Qur’an dalam empat bahasa yang memberi warna berbeda pada acara malam itu.
Meski berlangsung serius, forum tetap terasa interaktif. Audiens diajak aktif oleh MC, dan suasana bergantian antara tegang saat argumen diperdebatkan hingga cair ketika beberapa momen unik muncul. Tidak ada kesimpulan final yang langsung diputuskan, karena panitia menetapkan bahwa para pemateri akan kembali pada keesokan harinya untuk menyampaikan rangkuman, menjawab pertanyaan, dan merespons masukan dewan penguji.
Dengan mengangkat tema yang berani, BMM edisi ke-34 kembali menunjukkan peran Cinta Quran Center sebagai lembaga yang tidak ragu menghadirkan isu-isu kontemporer untuk ditimbang dalam perspektif syariat. Santri tidak hanya diajak memahami dalil, tetapi juga berlatih merespons tantangan zaman dengan argumentasi yang kuat, sehingga tetap kokoh dalam akidah sekaligus tajam dalam menyuarakan syiar Islam.
Mari dukung lahirnya dai-dai Quran yang siap membimbing umat. Dengan menjadi Orang Tua Asuh, Anda turut mendukung pendidikan mereka.
Daftar jadi Orang Tua Asuh sekarang di: www.cintaquran.center/orang-tua-asuh