BMM Edisi ke-35: Menegaskan Sikap Islam atas Persoalan Palestina
BINTARO | Auditorium Cinta Quran Center kembali menjadi ruang intelektual para mahasantri dalam gelaran Baḥts al-Masâ’il al-Mu‘âshirah (BMM) edisi ke-35 pada Senin – Selasa, 27-28 Oktober kemarin.. Forum ilmiah bulanan ini mengangkat tema yang sangat relevan dan hangat dibicarakan dunia internasional: “Bagaimana Islam Menjawab Persoalan Palestina: Antara Two-State Solution dan Abraham Accords”
Kegiatan berlangsung ba’da isya hingga selesai, dengan dihadiri seluruh mahasantri/wati dan disiarkan daring agar bisa diikuti khalayak luas.
Acara dibuka dengan tilawah Al-Qur’an yang khidmat, dilanjutkan sambutan dari Ustadz Irfan Ramdan Wijaya, M.Pd.I., Mudir Ma’had Cinta Quran Center, yang menekankan pentingnya forum semacam ini untuk melatih fikrah islâmiyyah dan kecerdasan berpikir santri dalam menanggapi isu global. Diskusi dipandu oleh Muhammad Ezy Mustanir, yang memimpin jalannya forum dengan tenang namun bersemangat.
Empat mahasantri, M. Faqih Hafidzuddin, M. Jamil Aljasir, M. Dzikra Alghifari, dan M. Karim Bilhaq, menyampaikan pandangan mendalam tentang bagaimana Islam memposisikan diri terhadap perjuangan rakyat Palestina. Mereka menyoroti pentingnya umat Islam untuk tetap berpihak kepada keadilan, namun dengan cara yang sejalan dengan prinsip izzah (kemuliaan) dan ukhuwah islâmiyyah.
Sesi berlangsung hangat dengan gaya retorika khas santri: menggabungkan dalil Al-Qur’an, pandangan ulama, serta refleksi atas kondisi umat masa kini. Diskusi pun diselingi dengan tanggapan peserta yang aktif dan kritis, menambah semarak forum malam itu.
Kemudian, tim pemateri yang terdiri dari Annida Muthmainnah, Gosa Rahmawidiya, Naima Kamila, dan Halimah Mar’atul Faqihah membuka pemaparan dengan kajian komprehensif terkait sejarah konflik Palestina-Israel serta lahirnya gagasan Two-State Solution. Mereka menegaskan bahwa konsep tersebut merupakan produk politik Barat yang justru mengaburkan akar persoalan utama: penjajahan dan perampasan tanah rakyat Palestina.
“Solusi dua negara hanya memindahkan masalah, bukan menyelesaikannya,” ujar salah satu pemateri. “Selama penjajahan masih berlangsung, keadilan tidak akan pernah terwujud.”
Dari perspektif Islam, pembebasan hakiki Palestina tidak mungkin dicapai melalui kompromi politik semacam ini, melainkan melalui persatuan umat Islam dan penerapan syariat secara menyeluruh.
Diskusi malam itu berlangsung interaktif. Para peserta aktif mengajukan pertanyaan seputar posisi politik umat Islam di tengah konflik global dan strategi perjuangan yang sesuai tuntunan syariat.
Dua juri, Ustadzah Laila Rizky dan Ustadz Ageng, memberikan catatan penting bagi para pemateri, terutama terkait ketelitian argumen, ketepatan dalil, dan konsistensi nalar ilmiah dalam menganalisis isu-isu kontemporer.
Forum ini tak sekadar menjadi ajang adu argumen, tapi juga ruang pembelajaran bagi seluruh peserta untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan menyampaikan pandangan Islam dengan landasan ilmiah yang kuat.
Setelah dua malam pembahasan yang intens, forum merumuskan kesimpulan bahwa Two-State Solution tidak sejalan dengan prinsip Islam karena berpotensi melegitimasi penjajahan dan menormalisasi ketidakadilan. Islam memandang bahwa pembebasan hakiki Palestina hanya dapat terwujud melalui kesadaran akidah, persatuan umat, dan perjuangan yang berlandaskan syariat Allah.
“Selama umat Islam masih terpecah dan tidak bersandar pada hukum Allah, keadilan sejati tak akan pernah tegak. Baik di Palestina, maupun di bumi mana pun,” simpul moderator dalam penutupan forum.
BMM edisi ke-35 ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda Qurani tidak tinggal diam dalam menghadapi isu kemanusiaan dunia. Di tengah dominasi narasi sekuler dan politik praktis, para mahasantri CQC belajar memandang persoalan global dari lensa wahyu, menjadikan Al-Qur’an sebagai kompas berpikir dan bertindak.
Forum ini juga menegaskan kembali peran Cinta Quran Center sebagai lembaga yang tak hanya mendidik dai dalam hal ibadah dan hafalan, tetapi juga membentuk intelektual muslim yang berpikir strategis, berani bersikap, dan teguh di atas kebenaran.
Dukung Lahirnya 1 Juta Dai Quran!
Jadilah bagian dari perjuangan dakwah ini dengan menjadi Orang Tua Asuh dalam program Beasiswa Dai Quran (BDQ).
📍 Kunjungi: cintaquran.center/orang-tua-asuh









